Impor produk pertanian yang cukup tinggi harus dijadikan perhatian serius oleh Pemerintah Indonesia.
Demikian disampaikan Ketua Umum Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia, Institut Transportasi dan Logistik, Trisaksti, Sutarto Alimoeso saat menjadi pembicara diskusi terbatas dengan tema ‘Kesiapan Sarana dan Prasarana Produksi Pertanian untuk Percepatan Recovery Pandemi Covid-19’ yang digelar PPSN, Rabu (21/9/2021).
Menurutnya ketergantungan Indonesia pada impor pangan masih cukup besar, antara lain gandum, beras/beras khusus/broken rice, kedelai, gula, bawang putih, buah-nuahan, daging sapi/kerbau dan sayuran.
“Impor pngam cukup tinggi ini harus menjadi perhatian kita, menjadi keperhatinan kita kedepan. Sehingga tantangan kita kedepan terutama kaitannya dengan impor yang besar,” kata dia.
Akibatnya ada beberapa tantangan berat yang harus dihadapi, antara lain perlindungan terhadap petani pangan pokok dalam negeri (berlahan sempit, pendapatan rendah, andalan pangan nasional) untuk menuju kesejahteraan petani; daya saing produksi masih rendah (harga, ketersediaan, kontinyuitas, kualitas dan biaya transaksi) sehingga tidak kompetitif.
“Kemudian regenerasi petani (generasi muda kurang berminat di bidang agribisnis pangan); biaya logistik mahal; hilirisasi produk (revitalisasi industri pangan); dan diversifikasi pangan,” tuturnya.
Kendati demikian, ada peluang yang besar karena Indonesia memiliki penyediaan kebutuhan pangan pokok Dalam Negeri berbasis produk lokal yang cukup, merata, aman dan bergizi serta terjangkau (diversifikasi pangan unggulan daerah untuk hidup sehat guna menuju kemandirian ketahanan pangan sekaligus membatasi impor pangan).
Peluang berikutnya pemanfaatan produk samping pangan dan turunannya, dan pemanfaatan perdagangan bebas ASEAN untuk memasarkan surplus pangan tertentu dan produk eksotik domestik.
Sedangkan tantangan jangka pendek yang harus dihadapi yaitu dampak pandemi Covid-19, yang berdampak terhadap menurunnya kemampuan masyarakat mengakses pangan.
Leave A Comment